Setiap tahun, jutaan orang di dunia mengalami serangan jantung. Dan meski peringatan mengenai tanda-tanda serangan jantung serius sudah diberikan, entah lewat berbagai website dan seminar kesehatan maupun pemberitaan media, kebanyakan pengidap gejala-gejala tersebut masih mengabaikan kondisi mereka.
Memang tidak semua serangan jantung mengakibatkan kematian. Namun, umumnya pasien yang pernah mengalami serangan jantung menderita beberapa dampak lanjutan serangan tersebut.
Oleh karena itu, selain mengenali tanda-tanda serangan jantung, ada baiknya Anda juga memahami berbagai mitos seputar serangan jantung dan mulai mencari kebenarannya agar Anda pun bisa mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghindarinya.
Berikut adalah beberapa mitos dan fakta tentang serangan jantung.
MITOS: Serangan jantung hanya dialami oleh orang berusia lanjut.
FAKTA: Salah. Mitos ini patah setelah era ‘90-an, di mana pasien serangan jantung semakin muda usia. Kini ada sebanyak 20% kasus serangan jantung di bawah usia 40, 40% di antara usia 40-45 dan 40% di atas usia 50. Dari perkembangan itu, setiap orang disarankan untuk melakukan pengecekan dan pencegahan sejak dini setelah usia 25. Berdasarkan teori, aterosklerosis – radang di pembuluh darah akibat penumpukan plak – bisa dimulai sejak kanak-kanak, begitu pula pembentukan plak di pembuluh darah itu sendiri. Oleh sebab itu, gaya hidup sehat perlu diterapkan sejak dini untuk mengurangi faktor risiko. Menurut dr. Djoko Maryono, DSPD, DSPJ, FASE, spesialis jantung dan penyakit dalam Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta, ada tiga faktor yang meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, yaitu terlalu banyak mengonsumsi lemak dan gula, kemalasan fisik dan pengaruh radikal bebas.
MITOS: Dada kiri terasa nyeri. Alamak, serangan jantung!
FAKTA: Bisa ya dan tidak. Jika nyeri tersebut menjadi lebih kuat terasa ketika sedang aktif berkegiatan, dan gejalanya menurun dengan pemberian obat nitrat di bawah lidah, maka Anda bisa dibilang sakit jantung. Tetapi bila sakit di dada dapat ditunjuk dengan jelas menggunakan jari – dan ketika ditekan terasa nyeri, kemungkinan besar itu sakit otot dada. Ada perbedaan gejala penyakit jantung antara orang Indonesia dan Amerika. Di Amerika, gejala serangan yang khas adalah nyeri di dada yang menjalar ke lengan kiri dan leher. Sementara di Indonesia, kebanyakan tanda yang muncul adalah sakit di ulu hati, kembung dan seperti masuk angin. Sebuah penelitian di Universitas Airlangga pada 1980-an menunjukkan, ketika orang-orang yang merasa masuk angin diperiksa, sesungguhnya 30% di antara mereka terkena serangan jantung koroner. Ternyata, orang Indonesia banyak mengalami penyumbatan pembuluh darah koroner di arteri LAD (left anterior descending). Pembuluh darah itu menuju ke bagian depan dan bawah jantung, jadi rasanya seperti masuk angin.
MITOS: Telapak tangan berkeringat terus, berarti saya berbakat jantungan.
FAKTA: Tidak. Anda jangan berlebihan. Djoko mengatakan, telapak tangan yang berkeringat menandakan Anda sakit jantung hanyalah mitos. Yang betul adalah menandakan Anda sedang gugup atau tidak percaya diri. Atau, mungkin juga Anda termasuk orang berkepribadian tipe A, yang perfeksionis dan mengharapkan sesuatu berjalan sesuai rencana. Dan ketika rencana Anda berantakan, tangan Anda pun berkeringat. Meski demikian, meski menurut Djoko keterkaitannya tidak terlalu rapat, “Orang-orang dengan kepribadian tipe A mudah terkena serangan jantung.”
MITOS: Serangan jantung pasti dapat dikenali.
FAKTA: Keliru. Beberapa serangan jantung, terutama jika disebabkan bisul penyumbat pembuluh darah yang besar, memang menimbulkan gejala. Tetapi tentu saja ada alasan kuat mengapa serangan jantung menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia dan di Amerika Serikat, serta dijuluki “the silent killer”. Itu karena 30% kasus serangan jantung tidak memiliki gejala dan berakhir dengan kematian. Hal itu disebut sudden death. Pemberitahuan untuk pertama dan terakhir kalinya. Sudden death disebabkan oleh pecahnya bisul pembuluh darah yang kecil, yang berukuran kurang dari 50% penyumbatan. Plak-plak kecil itulah yang ganas. Bagaimana tidak? Ia tidak terlihat dengan pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), tidak terdeteksi dengan tes treadmill. Ia baru akan tampak jika dilakukan MSCT (multi slice CT)scan. Dari situlah julukan silent killer berasal.
MITOS: Begadang, minum kopi dan stres bisa memicu serangan jantung.
FAKTA: Begadang memang merupakan faktor yang mempertinggi risiko terkena serangan jantung. Ada tiga faktor yang terkait: pola tidur yang kacau, kemungkinan lingkungan sekitarnya adalah perokok dan begadang cenderung merupakan aktivitas non-aktif. Stres kronis juga dapat menyebabkan kekambuhan penyakit jantung. Ketika Anda dalam kondisi stres, hormon adrenalin meningkat dalam jumlah banyak, dan hal itu bisa menjadi radikal bebas bagi tubuh. Kalau kopi? Tidak benar. Anda hanya akan merasa deg-degan akibat kafein yang terkandung dalam kopi.
MITOS: Keluarga saya banyak terkena serangan jantung. Berarti itu takdir saya.
FAKTA: Jangan skeptis. Penyakit jantung tidak menurun secara genetik. Hanya, jika Anda berasal dari keluarga dengan riwayat serangan jantung yang banyak, maka hal itu akan mempertinggi risiko Anda terkena serangan jantung juga. Kenali diri dan lingkungan Anda. Berhenti merokok dan hindari asap rokok orang lain, olahraga teratur dan terukur, jaga kolesterol, gula dan berat badan. Plus, periksakan diri Anda sejak dini.